Jumat, 11 Juni 2010

PENGERTIAN GAS METANA BATUBARA


Gas Metana Batubara adalah natural gas yang di produksi oleh lapisan batubara, mengandung 90% gas metan dan 10%nya adalah carbon diokside & nitrogen yang merupakan jenis gas bumi (hidrokarbon) dan merupakan energi yang lebih ramah lingkungan di mana gas metana menjadi komponen utama yang terjadi secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification) dalam kondisi terperangkap dan terserap (teradsorpsi) di dalam (seam) lapisan batubara.

Ada dari beberapa pakar memberi pengertian Gas Metana Batubara (CBM) sebagai gas alam yang terjadi di dalam lapisan batubara atau diproduksi dari suatu lapisan batubara. CBM hadir dalam mikropori batubara dalam bentuk terkondensasi hampir seperti bentuk cair karena serapan fisika dari batubara. Terserapnya CBM dalam batubara ini sama seperti terserapnya air dalam silika gel.

Gas terproduksi biasanya pada laju dan tekanan yang rendah. Gas Metana Batubara terbentuk akibat dari proses biologi & proses thermal yang di pengaruhi oleh adanya tekanan.

Gas metana di batubara dapat berupa; gas bebas, gas yang larut dalam air di batubara atau gas yang meresap di permukaan batubara bituminous. Berdasarkan komposisi kimia, variasi batubara sangat mewakili permeabilitas dan karakteristik lainnya. Permeabilitas merupakan kunci karakteristik di mana ketika tekanan air berkurang lapisan batubara harus melepaskan gasnya untuk berpindah. Sebagian besar gas metana batubara (90%) terdapat di dalam struktur molekul batubara(macropore) dan beberapa di antaranya (10%) terdapat di dalam rekahan (cleat) batubara (micropore) atau larut oleh air yang terjebak pada rekahan. Gas metana akan mengalir ke rekahan dan sampai ke sumur bor atau bermigrasi ke permukaan, metana yang muncul ke permukaan batubara akan di lepaskan.

Generasi Gas Metana Batubara
Gas metana batubara di hasilkan dari 2 reaksi yaitu kimiawi dan biologi. Aktivitas kimiawi terjadi setiap ada panas dan tekanan dalam cekungan yang di sebut juga peristiwa thermogenic. Semakin dalam lapisan batu bara, maka makin rendah kadar airnya tapi airnya akan menjadi semakin saline. Volume gas akan meningkat seiring dengan naiknya coal rank dan seberapa jauh lapisan batubara di temui dan tekanan reservoirnya (UGS 2000).
Peat dan lignite yang mempunyai rank rendah tapi memiliki porositas dan kandungan air yang tinggi serta temperatur yang rendah dan beberapa fluida lainnya yang secara biogenik mampu memproduksi gas metana. Batubara type bituminous dapat menghasilkan air, menurunkan porositas dan gas metana terbentuk secara thermogenic karena temperature naik di atas rata-rata jumlah bakterinya. Pada saat yang sama tekanan mampu menurunkan campuran organik dan melepaskan gas metana dan hidrokarbon. Namun gas anorganik dapat pula di hasilkan oleh penurunan thermal di batubara. Batubara type antrachite memiliki gas metana, porositas serta kandungan air di matrik yang lebih sedikit (gambar 2.5). Pada type Peat di sertai dengan adanya longsoran tanaman dan lignite (batubara coklat) yang dapat meningkatkan metana biogenik, di hasilkan oleh bakteri methanogenik.

Gas metana batubara sama seperti gas bumi yang kita kenal saat ini, namun perbedaannya gas metana batubara terbentuk dan tersimpan dalam batubara yang berfungsi sebagai reservoir dan sekaligus sebagai source rock. Komposisi gas metana batubara umumnya di dominasi oleh gas metana (C1) dengan sedikit kandungan gas etana (C2); karbon dioksida (CO2) dan material pengotor lainnya. Kondisi gas seperti ini tidak mungkin di lakukan nilai tambah menjadi LPG. Namun gas metana batubara dapat di cairkan (LNG) atau di ubah menjadi produk petrokimia seperti DME untuk keperluan BBM alternatif sehingga dapat di transportasikan melalui alat angkut.
Gas bumi yang kita kenal saat ini (gas konvensional) walaupun ada yang terbentuk, keberadaannya tersimpan dan di produksikan dari reservoir lain seperti batupasir, batugamping maupun dari rekahan batuan beku.
Produksi gas metana batubara harus di awali dengan produksi air formasi sebagai kegiatan rekayasa menurunkan tekanan hidrostatik sampai pada tekanan desorpsi gasnya, hingga gas metana dapat mengalir ke lubang bor. Kegiatan rekayasa ini membutuhkan waktu relatif lama. Sedangkan gas konvensional, setelah di lakukan pemboran, bisa langsung di produksikan.

Teknologi penambangan gas metana batubara memiliki persamaan dengan teknologi penambangan gas konvensional, sama-sama memerlukan pemboran untuk mengangkat gasnya ke atas dan menggunakan fasilitas permukaan (surface facilities) untuk memproses dan mengalirkan gas ke tempat tujuan. Namun keduanya memiliki banyak perbedaan, selain jenis reservoir dan cara memproduksinya, reservoir gas metana batubara umumnya ekonomis di tambang pada kedalaman yang dangkal sekitar (250m -1500m; umunya < 2000m), sedangkan gas konvensional yang tersimpan dalam batupasir, batugamping dan rekahan batuan beku umumnya terbenam lebih dalam (>1500m). Lebih lanjut, karakter porositas dan permeabilitas batuan resevoir umumnya berbeda jauh, batubara lebih rendah atau kecil. Permukaan reservoir gas metana batubara (skin) sangat sensitif terhadap asupan lumpur bor, sedangkan untuk reservoir konensional kurang sensitif.

1 komentar: